Hikmah Bersejarah Dari Asal Muasal I’ktikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan

Hikmah dari sejarah i’tikaf
Tahukah kamu? Bahwa i’tikaf memiliki sejarah yang menarik dan istimewa. Di Ramadhan pertama Kaum Muslimin, justru Rasulullah ﷺ beri’tikaf pada 10 hari pertama Ramadhan.
Hal ini bersandar pada apa yang dituturkan oleh Ummu Salamah Radhiyallahu Anha
“Rasul ﷺ beri’tikaf di (Ramadhan) pertama di 10 hari awalnya. Kemudian di tahun-tahun berikutnya di 10 hari tengahnya, lalu kemudian pada 10 hari terakhirnya…” (HR Thabrani)
Rasulullah ﷺ baru melaksanakan I’tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan pada saat tahun 5 Hijriah.
Dalam beberapa hadits, Rasulullah ﷺ mengajak sahabat-sahabatnya untuk berdiam diri di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan karena di situlah terdapat Lailatul Qadar.
Pada i’tikaf itu pula jugalah Rasulullah ﷺ sejatinya sedang dalam keadaan sedih dan berduka
sebab rumah tangga beliau sedang diuji dengan fitnah orang-orang munafik bahwa Ibunda Aisyah berduaan dengan seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu’atthal.
Peristiwa tersebarnya hoax dan fitnah itu dalam buku Sirah Nabawiyah dinamakan dengan “Haditsul Ifki.”
“Pada Ramadhan tersebut”, tulis Syaikh Abdul Hakim Al Unais dalam Kitab An Nabi ﷺ fi Ramadhan, “Beliau ﷺ sedang dalam keadaan bersedih sebab ujian Haditsul Ifki. Hal itulah yang barangkali membuat beliau benar-benar ingin banyak bermunajat pada Tuhan-nya
dan menepi dari manusia, di situlah pula Allah ﷻ menghibur beliau ﷺ dengan Lailatul Qadr.”
Pada Ramadhan itu, sebulan penuh, Rasulullah ﷺ menghadapi situasi yang kalut. Beliau ﷺ yakin seyakin-yakinnya bahwa Ibunda Aisyah tidak mungkin melakukan hal yang Allah haramkan,
namun orang-orang munafik menggoreng opini yang menjelekkan Ibunda Aisyah dan menuduh beliau dengan prasangka yang tidak-tidak. Saking besarnya hoax yang digoreng oleh kaum munafik ini, perang saudara nyaris meletus di kalangan sahabat Anshar.
Alhamdulillah, semua tuduhan itu hangus tak terbukti. Bahkan dalam Surat An Nur ayat 11 sampai 20 —yang turun ±1 bulan setelah peristiwa Haditsul Ifki— Allah langsung yang memberi klarifikasi bahwa Ibunda Aisyah ada dalam kebenaran dan berita dusta itu tak benar.
Rasulullah ﷺ pun merasa lega dan shaf muslimin kembali rapat. Kaum munafik hanya bisa menggigit jari, upaya mereka nyaris berhasil namun berakhir gagal.
Sejak Ramadhan 5 Hijriah itulah hingga wafatnya Rasulullah ﷺ, i’tikaf dilakukan di 10 hari terakhir Ramadhan.
Ia telah menjadi penenang jiwa bagi manusia terbaik —Rasulullah ﷺ— saat situasi sedang carut marutnya, maka hari-hari istimewa ini pun mampu memberi kelegaan yang sama padamu saat dunia sedang tak baik-baik saja.
Berikan 10 hari terakhir Ramadhan haknya, maka Allah akan berikan perubahan besar bagi hidupmu setelahnya! (@Gensaladin)
Referensi:
- An Nabi ﷺ fi Ramadhan, Dr Abdul Hakim Unais
- Ma’an Nabi fi Ramadhan, Dr Falih bin Muhammad bin Falih Ash Shaghir
- Rawa’i As Sirah, Dr Aidh Al Qarni
- Al Khulashah Al Baghiyah fi Tartib Ahdats As Sirah An Nabawiyah, Syaikh Wahid Abdussalam